#Edisi3: Keikhlasan, kesabaran dan keyakinan Siti Hajar
Sayyidah Hafsoh
Seorang perempuan mulia yang menjadi istri manusia pilihan Allah, sekaligus Ibunda dari salah satu Nabi. Nama perempuan tersebut sudah tidak asing lagi bagi kita tentang kesalehannya. Beliau adalah Siti Hajar yang menjadi seorang istri Nabiyyullah Ibrahim AS dan Ibunda Nabi Ismail AS.
Siti Hajar adalah putri seorang raja yang menjadi tawanan perang saat itu. Karena kekalahan kerajaan sang ayah, Siti Hajar menjadi tawanan dan juga dijadikan budak, yang kemudian dihadiahkan oleh seorang raja kepada Nabi Ibrahim untuk dinikahinya.
Nabi Ibrahim AS, yang lama tidak memiliki keturunan, maka atas permintaan Siti Sarah, Istri pertamanya, untuk menikahi Siti Hajar. Maka, Nabi Ibrahim pun menikahi Siti Hajar dan tidak lama kemudian ibunda Siti Hajar mengandung dan melahirkan seorang bayi laki-laki yang selama ini diharapkan oleh ayahandanya, Ismail.
Di saat Ismail AS masih kecil, Nabi Ibrahim mendapatkan perintah dari Allah SWT untuk membawa anaknya bersama ibundanya keluar dari Palestina. Di dalam perjalanan mereka melewati padang pasir yang gersang menuju lembah berbukit yang dikenal sebagai lembah Bakkah, lembah itu kini dikenal sebagai kota suci Makkah Al-Mukarramah.
Saat itu, kondisi lembah tanahnya gersang, tandus dan berbukit, tidak ada sumber air sedikitpun, bahkan tidak satupun ditemukan kehidupan baik tanaman ataupun hewan. Di tempat itulah Siti Hajar dan Ismail AS ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim AS.
Ibunda Siti Hajar terdiam dan termangu melihat kegelisahan sang suami yang akan pergi meninggalkannya, dengan melihat langkah kaki suami yang akan segera pergi, sang istri memberanikan diri untuk bertanya kepada sang suami tercinta, "Duhai suamiku, apakah yang Engkau lakukan ini atas perintah Allah?"
Nabi Ibrahim menjawab dengan tegas "ia ini adalah perintah Allah SWT". Kemudian sebelum meninggalkan anak dan istrinya, Nabi Ibrahim berdoa sebagaimana yang ada dalam Al-Qur'an surat Ibrahim ayat 37 yang artinya "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanaman di dekat rumah Engkau( baitullah) yang di hormati, ya Tuhanku ( yang demikian itu) agar mereka melakukan sholat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka Rizqi dari buah buahan, mudah mudahan mereka bersyukur
Setelah Nabi Ibrahim berdoa. Nabi Ibrahim hendak berpamitan kepada istri dan anaknya tercintanya, dengan sangat berat hati. Sebelum berpisah ibunda Siti Hajar mengucapkan kalimat-kalimat yang indah yang bisa menguatkan hati sang suaminya, "Baiklah Nabiyyullah Ibrahim kalau ini memang perintah Allah SWT, janganlah engkau ragu dan khawatirkan kami, karena kami pasti akan selalu dalam penjagaan Dzat Yang Maha Menjaga. Maka pergilah, Saya akan baik baik saja".
Setelah itu, Nabi Ibrahim pergi dan meninggalkan mereka berdua dengan hati yang tenang dan ridlo karena telah mendengar kalimat-kalimat istrinya yang begitu luar biasa untuk meyakinkan sang suami tercinta.
Beberapa hari telah dilaluinya, lama kelamaan perbekalan makanan dan minuman yang dibawa semakin menipis, akhirnya kekhawatiran sang ibunda terjadi, persediaan makanan dan minuman mereka habis, Ismail kecil menangis dengan keras karena lapar, dan air susu sang Ibunda tidak keluar lagi. Ibunda begitu panik dan bingung, ia terus berusaha mencari makanan dan minuman untuk sang buah hati. Akhirnya beliau berusaha mencarinya dengan berlari-lari dari satu bukit ke bukit yang lain dengan menempuh jarak yang sangat jauh, antara bukit Shafa dan Marwah. Beliau tidak pernah putus asa, terus berusaha dengan gigih.
Setelah itu apa yang terjadi?, Usahanya belum tampak hasilnya. Beliau tidak menemukan makanan ataupun minuman, tapi beliau tetap yakin akan datang pertolongan Allah SWT. Siti Hajar terus berdoa kepada Allah SWT.
Akhirnya sang ibunda kembali menemui Isa kecil yang sedang menangis dan menghentakkan kakinya di atas tanah. Dengan izin Allah di dekat Ka'bah, dan di bawah hentikan kakinya keluar sumber air begitu derasnya, Siti Hajar sangat terkejut. Kemudian beliau mengumpulkan air tersebut dengan mengucap "zamzam", dan akhirnya air yang keluar tersebut dinamakan air zam-zam yang artinya melimpah ruah. Air tersebut sampai saat ini mengalir menjadi sumber kehidupan di tempat yang dulunya tandus dan kering hingga saat ini menjadi tempat yang penuh kemuliaan keberkahan yaitu Mekkah Al-Mukarramah.
Dari cerita di atas, kehidupan Siti Hajar begitu penuh warna-warni dan pernak-pernik. Kehidupan seorang ibu, seorang istri dan seorang perempuan. Hidup di tanah tandus. Bersama anak kecil, yang belum bisa membantunya. Tapi, ia selalu yakin akan pertolonganNya.
Kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari sifat kesabaran dan keikhlasannya Siti Hajar di saat ditinggal oleh suaminya untuk memenuhi perintah Allah SWT. Beliau merawat dan mendidik Ismail seorang diri, di sebuah tempat yang tidak ada kemewahan dan serba kekurangan, tapi hal tersebut tidak menjadikan sebab beliau bersedih dan berputus asa atas rahmat Allah SWT.
Siti Hajar merasa tenang dan bahagia karena bisa melaksanakan perintah Allah dan ketaatan kepada suami tercinta, karena itulah yang menjadi syarat utama perempuan-perempuan yang dijamin oleh Allah untuk mendapatkan surganya sebagai hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, "Seorang perempuan yang taat atas perintah Allah dengan melaksanakan shalat lima waktu dan berpuasa di bulan ramadhan, menjaga kehormatannya dan taat kepada suaminya, niscaya akan dikatakan 'masuklah syurga di pintu manapun yang engkau mau" (HR .Ahmad).
Seorang ibu adalah madrosatul ula (sekolah pertama) dalam memberikan pendidikan dan perawatan yang terbaik untuk sang buah hatinya. Belajar dari Siti Hajar, beliau berusaha semaksimal mungkin agar mendapatkan sumber makanan yang terbaik sebagai nutrisi jasad untuk tumbuh kembangnya Ismail kecil saat itu.
Tidak kalah pentingnya juga, beliau
Memberikan nutrisi ruhani kepada sang buah hati dengan memberikan pelajaran dan pendidikan atas keyakinan dan ketauhidan kepada Allah SWT, bahwa setiap kehidupan harus berusaha (as-sa'yu) untuk melakukan amalan terbaiknya dan selalu diiringi dengan doa untuk selalu mengharapkan rahmat dan ridlo Allah SWT.
Kita terus belajar untuk introspeksi diri, sebesar apa usaha kita untuk memberikan perawatan dan pendidikan terbaik untuk anak-anak kita. Usaha itu tidak cukup kita lakukan satu atau dua kali saja, tapi harus terus berusaha. Ketika mengalami kegagalan, terkadang kita pasrah dan berputus asa. Maka, kita dapat mengambil ibrah dari usaha Siti Hajar, beliau berusaha sampai tujuh kali untuk mencobanya dan tidak ada putus asa, selalu yakin akan kebesaran Allah SWT, walaupun melalui perjalanan yang sulit dan banyak rintangan yang dihadapinya.
Meskipun usaha tersebut pada akhirnya tidak menemukan Hasil, tapi kita harus yakin tetap selalu mengharapkan pertolongan Allah SWT, dan pada akhirnya hasil yang kita peroleh bukan melewati apa yang telah kita usahakan, tapi Allah memberikan solusi yang terbaik melawati jalan lain dan sudah menjadi ketetapannyaNya.
Apapun kondisi kita sebagai seorang ibu yang masih banyak kekurangan, harus terus belajar untuk dapat memberikan pendidikan dan perawatan yang terbaik untuk anak-anak kita, usaha dan ikhtiar harus selalu diiringi dengan keihklasan dan ketulusan hati sehingga kita dapat menjalaninya tanpa ada keluhan ataupun beban.
Sebagai manusia, kita selalu berusaha semaksimal mungkin dengan iringan doa untuk mendapatkan kemudahan dan ridhaNya, mungkin usaha kita gagal di satu sisi, tapi pada sisi lain kita sukses. Allah selalu berikan seribu kebahagiaan dan jalan keluar terbaiknya. Sebagaimana janji Allah yang di jelaskan dalam Al-Qur'an surat atThalaq ayat 2 dan 3
ومن يتق الله يجعل له مخرجا، ويرزقه من حيث لا يحتسب ومن يتوكل على الله فهو حسبه. ان الله بالغ امره. قد جعل الله لكل شيء قدرا
"Dan barang siapa yang bertaqwa kepada Allah SWT. Niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya,dan memberikan Rizqi dari arah yang tidak disangka2.dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah SWT niscaya Allah akan mencukupkan urusannya, sesungguhnya Allah melaksanakan urusan dan sungguh Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu".
Ketakwaan adalah modal utama dalam menjalani kehidupan, sebagaimana ibunda Siti Hajar yang selalu menyerahkan urusan kehidupan keluarganya terutama dalam mendidik buah hatinya untuk selalu mendekatkan diri pada Allah SWT.
Bila kita sebagai seorang ibu atau calon ibu menginginkan anak-anak kita menjadi anak yang Shaleh dan shalehah, taat kepada perintah Allah dan kedua orang tua, maka mari bersama untuk terus meningkatkan ketaqwaan kita untuk menjadi orang tua yang Shaleh dan shalehah terlebih dulu. Karena kedua orang tua, terutama seorang ibu adalah role model pertama dan teladan terbaik buat anak dan keturunannya.
Sudahkah kita menjadi ibu sholehah?
Di hari spesial ini, "Hari Ibu" mari kita bersama- sama untuk muhasabah diri, terus perbaiki diri, untuk menjadi ibu terbaik buat generasi negeri ini.
Bersama-sama berdoa untuk para ibunda kita tercinta, bersyukur atas ketulusan dan keikhlasan hatinya dengan sentuhan tangan lembut yang telah memberikan pelukan kasih sayangnya. Dengan lisan ibunda yang memberikan kesejukan jiwa dan lantunan doa-doa terbaiknya, serta dengan telapak kaki surganya yang telah menghantarkan kita sampai mampu berdiri tegak untuk menjalani hidup dalam naungan Ilahi Rabbi.
Semoga ibunda kita tercinta selalu sehat dan dalam lindungan Nya, dan ibunda kita yang telah meninggalkan kita, semoga selalu bahagia di alam barzah dan selalu mendapatkan Rahmat dan maghfirah Allah SWT.
"Selamat Hari Ibu"
22 Desember 2022
Malang, 22 Desember 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar